Tuesday 28 December 2010

Hadis Tentang Cinta Dan Rahmat ALLAH


Cinta

1.) Layak mendapatkan cinta-Ku bagi orang yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling mencintai karena-Ku(di hari kiamat) akan ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada (Shahih jami)




2.) sesungguhnyha Alloh ta'ala berfirman pada hari kiamat: Mana orang yang saling mencintai karena kebesaran Ku, hari ini Aku akan menaungi mereka pada saat tidak ada naungan selain naungan-Ku (HR muslim)




3.) Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman maka cintailah seseorang hanya karena Alloh(HR Muslim)


4.) Abu hamzah , anas bin malik ra. menerangkan bahwa rasulullah saw bersabda, "tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR bukhari dan muslim)




Rahmat Alloh


1. Dari umar bin khathab ra ia berkata ; beberapa orang tawanan dihadapkan kepada rasulullah saw , tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya, setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu diangkatn dan disusuinya. Kemudian rasulullah saw bertanya; Apakah kamu berpendapat bahwa perempuan ini akan melemparkan anaknya ke dalam api ? Kami menjawab; Demi Alloh tidak; beliau bersabda; Alloh lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan itu kepada anaknya (Hr Bukhari dan muslim)


2. Dari abu hurairah ra. ia berkata ; rasulullah saw bersabda; tatkala Alloh menciptakan makhluk, ia menulis pada suatu kitab,, kitab itu berada di sisiNya di atas "Arasy, bertuliskan ; Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku (Hr Bukhari dan muslim)


3. Dari Abu hurairah ra. ia berkata ; saya mendengar rasulullah saw bersabda; Alloh telah menjadikan rahmat itu seratus bagian. sembilan puluh sembilan ditahan disis- Nya, satu bagian Ia turunkan ke bumi, dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi sampai binatang itu mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya;
Dalam riwayat lain dikatakan rasulullah saw bersabda; sesungguhnya Allah mempunyai seratu rahmat dan ia menurunkan satu di antaranya itu untuk jin, manusia binatang dan serangga. dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunya rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan . Alloh menyimpannya untuk diberikan pada hari kiamat, sebagai rasa sayang terhadap hamba-hambaNya (Hr Bukhari dan muslim)

Monday 27 December 2010

sungai di dasar laut

Aq bosan la...

28.12.2010.ari ni da masok ari ke 17 aq abiz exam weyh,..tapi still x de job.dok umah juz mkan,tido n main psp..aq nak wat pe ni.rancangan awl nak g kl but abg aq bz la.fly sana.fly sini.nampaknya hajat aq tetangguh lg.aduyai..someone tell me what i want to do now?ada x anyone nak offer aq keja?kwan2 ada yg da keja...kwan2 ajak aq wat mcm2 but duit abiz jew x penah msuk...plkn x dpat lak ni..wa99...boring thap maksima ni.

Friday 5 November 2010

SEKILAS TENTANG SEJARAH ISLAM DI MASA SILAM

BAB 2 :
SEKILAS TENTANG SEJARAH ISLAM DI MASA SILAM

The History of The Qur'anic Text hal 15 - 24


--------------------------------------------------------------------------------



1. Arab Pra-Islam


i. Kondisi Geo-Politik


Arab. Letaknya yang dekat persimpangan ketiga benua, semenanjung Arab menjadi dunia yang paling mudah dikenal di alam ini. Dibatasi oleh Laut Merah ke sebelah barat, Teluk Persia ke sebelah Timur, Lautan India ke sebelah selatan, Suriah dan Mesopotamia ke utara, dahulu merupakan tanah yang gersang tumbuh-tumbuhan di Pegunungan Sarawat yang melintasi garis pantai sebelah barat. Meski tidak banyak perairan, beberapa sumbernya terdapat di bawah tanah yang membuat ketenangan dan sejak dulu berfungsi sebagai urat nadi permukiman manusia dan kafilah-kafilah.


Semenanjung Arabia dihuni sejak hari-hari pertama dalam catatan sejarah. Sebenarnya penduduk teluk Persia telah membangun negara perkotaan, city-state, sebelum abad ketiga S.M.1 Para ilmuwan menganggap wilayah tersebut sebagai tempat kelahiran suku bangsa Semit, meski sebenarnya tak ada kata mufakat di antara mereka. Istilah Semit mencakup: Babilonia (pendapat Von Kremer, Guide, dan Hommel);2 semenanjung Arabia (Sprenger, Sayce, De Goeje, Brockelmann, dan lain-lain);3 Afrika (Noldeke dan lain-lain);4 Amuru (A.T. Clay);5 Armenia (John Peaters);6 bagian sebelah selatan semenanjung of Arabia (John Philby);7 dan Eropa (Ungnand).8


Phillip Hitti, dalam karyanya yang berjudul, Sejarah Bangsa Arab, menyebut,


"Kendati istilah semi tmuncul belakangan di kalangan masyarakat Eropa, hal tersebut biasanya dialamatkan pada orang-orang Yahudi karena yang terkonsentrasi di Amerika. Sebenarnya lebih tepat ditujukan pada penduduk bangsa Arab yang, lebih dari kelompok manusia lain, telah mendapat ciri bangsa Semit secara fisik, kehidupan, adat istiadat, cara berpikir dan bahasa. Orang-orang Arab masih tetap sama sepanjang pen­catatan sejarah."9





Hampir semua hipotesis asal-usul kesukuan lahir dari kajian di bidang bahasa mengambil sumber informasi dari Kitab Perjanjian Lama,10 yang kebanyakan tidak bersifat ilmiah serta didukung oleh bukti sejarah yang akurat. Misalnya, Kitab Perjanjian Lama memasukkan bangsa lain yang pada hakikat­nya bukan bangsa Semit seperti Alamite dan Ludim, di waktu yang sama tidak mengikutsertakan beberapa bangsa Semit lain seperti Funisia dan Kanaan.11 Melihat pendapat yang beragam, saya lebih cenderung menerima bahwa kaum Semit muncul dari kalangan bangsa Arab. Menjawab pertanyaan siapa sebenarnya bangsa Semit dan siapa yang bukan, Bangsa Arab dan Israel memiliki keturunan asal usul serumpun melalui Nabi Ibrahim.12


ii. Nabi Ibrahim dan Kota Mekah


Dalam waktu yang ditetapkan dalam sejarah, Allah memberi karunia kepada Nabi Ibrahim seorang putra, Isma'il, pada usia lanjut. Ibunya, Siti Hajar, seorang hamba yang dihadiahkan Pharos kepada Sarah. Kelahiran Isma'il membuat Sarah cemburu luar biasa di mana ia meminta agar Ibrahim memutus hubungan persaudaraan wanita tersebut dengan putranya.13 Melihat adanya perselisihan dalam keluarga, ia membawa Siti Hajar dan Isma'il ke tanah Mekah yang tandus, lembah yang amat panas dan tak berpenduduk, serta ke­kurangan makanan dan minuman. Saat mulai tinggal, Siti Hajar melempar pan­dangan pada tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak menentu disertai pertanyaan kepada Ibrahim apakah ia telah meninggalkan mereka. la tak menjawab. Lalu ia bertanya adakah ini perintah Allah? Ibrahim lalu mengiyakan. Mendengar jawaban itu ia berkata, "Jika demikian halnya, Tuhan tak akan membuat kita sia-sia." Pada akhirnya, air Zamzam menyembur dari dalam tanah gersang membasahi kaki si kecil, Isma'il. Mata air itulah yang membuat tempat itu sebagai permukiman yang dihuni pertama kali oleh kabilah Jurhum.14


Beberapa tahun kemudian Nabi Ibrahim, saat mengunjungi putranya, memberi tahu tentang sebuah pandangan pemikiran:




"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama­sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka Pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang dipertanyakan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang­orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran kedua­nya). Dan saya panggilah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar­benar sesuatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."15





Nabi Ibrahim dan Isma'il menerima perintah ketuhanan guna membangun tempat suci pertama di muka bumi sebagai tempat menyembah Allah,




"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."16




Bakkah sebuah ungkapan kata lain dari kota Mekah, dari atas batu itulah ayah dan putranya memusatkan perhatian pada pembangunan Ka'bah yang suci dengan sikap ketakwaan seorang yang telah menghadapi cobaan yang sangat berat dan mampu menghadapinya karena `inayah Allah. Setelah menyelesaikan bangunan itu, Nabi Ibrahim lalu berdoa,




"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. "17




Tidak lama kemudian doa yang disemburkan mulai membuahkan hasil dan Mekah tidak lagi terpencil; kehidupan semakin berkembang dengan adanya tempat suci Allah, air zamzam, dan penduduknya mulai menuai kesuburan. Kemudian menjadi pusat lintas perdagangan ke Suriah, Yaman, Ta'if, dan Najd,18 dan penyebab utama di mana dari masa ke masa, para kaisar dari Aellius Gallus hingga Nero ingin menyebarkan pengaruh di persinggahan penting kota Mekah dengan mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan tersebut.19


Tampaknya terdapat pula gerakan kependudukan lain di semenanjung Arab. Perlu dicatat, di sana terdapat para pengungsi bangsa Yahudi, beberapa abad kemudian, memperkenalkan agamanya pada masa pengasingan orang­orang Babilonia. Mereka kemudian menetap di Yathrib (Madinah sekarang), Khaebar, Taima', dan Fadak pada tahun 587 sebelum masehi dan tahun 70 Masehi.20 Suku bangsa Nomad terus mengalami perubahan. Suku bangsa Tha 'liba dari keturunan Qahtan juga tinggal di Madinah. Di antara anak cucu keturunan mereka adalah kabilah Aws dan Khazraj, yang kemudian ke duanya lebih dikenal sebagai kaum al-Ansar'21 (pendukung utama Nabi Muhammad). banu Harithah, yang kemudian dikenal sebagai banu Khuza'a, tinggal di Hejaz menggantikan penduduk sebelumnya, banu Jurhum,22 yang kemudian menjadi pemelihara Baitullah atau Ka'bah di Mekah. Merekalah yang harus memikul tanggung jawab karena melahirkan sistem keberhalaan.23 Bani Lakham, kabilah lain dari Qahtan, menetap di Hira (Kufa, sekarang Irak) di mana mereka mendirikan sebuah negara kecil sebagai penahan antara Jazirah Arabia dan Persia (200-602 masehi).24 Bani Ghassan menetap di Suriah sebelah bawah dan mendirikan kerajaan Ghassan, sebuah negeri penahan antara Byzantin dan Arab, yang berakhir hingga tahun 614 masehi.25 Bani Tay menduduki daerah pegunungan Tayy sedang ban! Kinda menetap di pusat Arab.26 Gambaran secara umum dari semua kabilah tersebut merupakan jalur keturunan Nabi Ibrahim melalui Nabi Isma'il.27


Bab ini tidak dimaksudkan hendak memberi gambaran tentang kota Mekah sebelum Islam, sekadar pendahuluan akan adanya hubungan nenek moyang anggota keluarga Nabi Muhammad. Untuk mempersingkat, saya akan mengungkap dan melacak kelahiran Qusayy, para kakek Nabi Muhammad.


iii. Qusayy Sebagai Penguasa Kota Mekah


Ratusan tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Qusayy. dikenal sebagai orang yang amat cerdas, perkasa serta memiliki kemampuan administrasi yang tinggi dan mencuat dalam jajaran pentas politik kota Mekah. Mengambil faedah dari kepentingan Byzantin di Mekah waktu itu, la minta pertolongan mereka dalam menguasai kota Mekah dengan mengesampingkan pengaruh Byzantin dengan tidak menghiraukan kepentingan wilayah mereka.28




Gambar 2.1: Asal usul keturunan Qusayy secara singkat.29





Qusayy menikahi Hubba bint Hulail, putri kepala Suku Khuza'i di Mekah; kematiannya memberi peluang menaiki tahta kekuasaan dan menye­rahkan pemeliharaan kota Mekah pada anak cucu keturunannya.30 Kabilah Quraish terpencar ke seluruh wilayah yang pada akhirnya semua memasuki kota Mekah dan menyatu di bawah komando kepemimpinannya.31


iv. Mekah: Sebuah Masyarakat Kabilah


Meski disebut sebagai kota negara, city-state, Mekah tetap merupakan masyarakat kesukuan hingga akhir penaklukannya pada masa Nabi Muhammad. Sistem kependudukan masyarakat dibangun menurut kabilah dimana anak-anak dari satu suku dianggap saudara yang memiliki pertalian hubungan darah. Seorang Arab tidak akan dapat memahami pemikiran negara kebangsaan melainkan dalam konteks sistem kesukuan (kabilah),


"Adalah hubungan negara kebangsaan yang mengikat keluarga ke dalam kesukuan,sebuah negara yang didasarkan pada hubungan darah daging seperti halnya negara kebangsaan yang dibangun di atas garis keturunan. Adalah hubungan kekeluargaan yang mengikat semua individu ke dalam negara dan kesatuan. Hal ini dianggap sebagai agama kebangsaan dan hukum perundangan-undangan yang telah mereka sepakati."32


Setiap anggota merupakan asset seluruh kabilah di mana munculnya se­orang penyair kenamaan misalnya, ahli perang pemberani, orang terkenal dalam kebaikan dalam satu kabilah, akan membuat kehormatan dan nama baik seluruh garis keturunannya. Di antara tugas utama tiap pendukung kesukuan adalah mempertahankan bukan saja terhadap anggotanya melainkan setiap mereka yang secara sementara seperti tamu-tamu yang hadir di bawah bendera kabilah. Memberi proteksi pada mereka merupakan suatu kehormatan yang dicapai. Oleh karena itu, kota Mekah sebagai kota kenegaraan selalu siap menyambut setiap pendatang menghadiri perayaan, melakukan ibadah haji,33 atau pun sekadar lewat dengan rombongan berunta. Memberi pelayanan permintaan ini memerlukan keamanan dan fasilitas yang memadai, dan, oleh karena itu institusi kemudian dibangun di kota Mekah (di mana beberapa di antaranya oleh Qusayy sendiri):34 seperti Nadwa (lembaga perkotaan), Mashura (dewan nasihat), Qiyada (kepemimpinan), Sadana (adminstrasi kota suci), Hijaba (pemeliharaan Ka'bah), Siqaya (pengadaan air minum buat para jemaah haji), Imaratul-bait (pemeliharaan kesucian Ka'bah), Ifa`da (mereka yang berhak memberi izin pada orang pertama yang melangkah dalam acara perayaan), Ijaza, Nasi (institutsi penyesuaian kelender), Qubba (membuat tenda mengumpulkan sumbangan bagi mengatasi keadaan darurat, A'inna (pemegang kendali kuda), Rafada (pajak untuk membantu para jemaah haji yang miskin), Amwal muhajjara (sedekah untuk kesucian), Aysar, Ashnaq (pembuat perkiraan pertanggungan jawab keuangan) Hukuma (pemerintahan), Sifarah (kedutaan), `Uqab (penentuan standar), Liwa (panji) dan Hulwan-un­nafr (mobilisasi kesejahteraan).


Tugas berat ini menjadi tanggung jawab anak cucu keturunan Qusayy. Keturunan 'Abdul-Dar misalnya mengambil alih tugas pemeliharaan Ka'bah, balai kelembagaan, dan hak-hak mengangkat panji pada semua staf pada saat peperangan.35 'Abd-Manaf mengatur hubungan luar negeri dengan penguasa Romawi, dan pangeran Ghassan. Hashim (putra lelaki 'Abd-Manaf) mengadakan perjanjian dan dikatakan telah menerima perintah dari kaisar memberi kekuasaan pada orang Quraish untuk melakukan perjalanan melalui Suriah dalam keadaan aman."36 Hashim dan kelompoknya tetap mempertahankan tugasnya sebagai kepala pengaturan makanan dan minuman untuk para jamaah haji. Kekayaannya telah memberi peluang melayani para jamaah haji dengan kebesaran seorang pangeran.37


Sewaktu melakukan misi perdagangan ke Madinah, Hashim terpikat oleh seorang wanita bangsawan suku Khazarite, Salma bint 'Amr. la menikah dan kembali bersamanya ke Mekah, namun saat dalam keadaan hamil ia memilih kembali ke Madinah dan melahirkan seorang putra, bernama Shaiba di sana. Hashim meninggal di Gaza pada saat melakukan misi perdagangan,38 dan memberi kepercayaan pada saudaranya, Muttalib, guna memelihara putranya39 yang saat itu, masih bersama sang ibu. Saat melakukan perjalanan ke Madinah, Muttalib berselisih paham dengan janda Hashim tentang penjagaan pemuda Shaiba, yang pada akhirnya ia berada pada pihak yang menang. Dengan kembali bersama paman dan keponakannya ke Mekah, orang salah pengertian dan mengira anak lelaki itu sebagai hamba Muttalib. Oleh sebab itu, nama julukan Shaiba menjadi 'Abdul-Muttalib.40


Setelah meninggal pamannya, 'Abdul-Muttalib, mewarisi tugas Siqaya (pengadaan air minum buat para jamaah haji) dan Rafada (pengumpul bantuan keuangan untuk para jamaah haji miskin).41 Setelah menemukan kembali sumur zamzam yang mata airnya terbenam dan sudah terlupakan di bawah himpunan pasir beberapa tahun lamanya, ia memperoleh kehormatan dan ketinggian menjadi gubernur kota Mekah. Beberapa tahun sebelumnya ia pernah nazar bahwa jika ia diberi sepuluh orang putra, ia akan mengorbankan satu di antara mereka demi sebuah patung berhala. Sekarang, setelah diberi



v. Masa Qusayy Hingga Muhammad



keberkahan dengan sejumlah putra seperti dikehendaki, 'Abdul-Mutallib berupaya memenuhi janjinya dengan meminta pendapat Azlam42 agar memilih siapa di antara mereka yang hendak dikorbankan. Nama anak termuda (yang paling digemari), 'Abdullah, ternyata itu yang muncul. Pengorbanan ke­munisaan dianggap suatu yang tidak disenangi di kalangan orang Quraish, maka ia mengontak juru sihir yang, menurut ramalan, 'Abdullah akan ditukar dengan seekor unta. Azlam kembali dihubungi, dan nilai nyawa anak muda itu ditaksir dengan harga seratus unta.


Karena luapan kegembiraan melihat peristiwa tersebut 'Abdul-Muttalib membawa putranya, 'Abdullah, ke Madinah untuk mengunjungi beberapa kerabatnya. Di sanalah `Abdullah mengawini Amina, sepupu perempuan Wuhaib yang merupakan tuan rumah dan memiliki asal usul keturunan kabilah (saudara laki-laki Qusayy mendirikan kabilah bani Zuhra dari suku Wuhaib). 'Abdullah menikmati kedamaian dalam keluarga beberapa lama sebelum memulai misi perdagangan ke Syria. Malangnya sepanjang perjalanan jatuh sakit. la kembali ke Madinah dan meninggal dunia di saat Amina mulai kehamilan Muhammad.


vi. Kondisi Keagamaan di Jazirah Arabia


Menjelang masa kenabian Muhammad, Jazirah Arab tidak merasa akrab melihat semua bentuk reformasi keagamaan. Sejak berabad-abad penyem­bahan patung berhala tetap tak terusik, baik pada masa kehadiran permukiman kaum Yahudi maupun upaya-upaya Kristenisasi yang muncul dari Syria dan Mesir. William Muir, dalam bukunya, The Life of Mahomet, beralasan bahwa kehadiran kaum Yahudi atau keberadaan mereka membantu menetralisasi tersebarnya ajaran Injil melalui dua tahap. Pertama, dengan memperkuat diri sendiri di sebelah utara perbatasan Arab, dan untuk itu, mereka membuat penghalang, barrier, antara ekspansi Kristen ke utara dan penghuni kaum berhala di sebelah selatan. Kedua, para penyembah berhala bangsa Arab telah melakukan kompromi dengan agama Yahudi dalam memasukkan cerita legendaris guna menghabisi permintaan aneh-aneh agama Kristen.43 Saya tak dapat menerima teori pendapat ini sama sekali. Menurut pengakuan bangsa Arab, sebenarnya, sisa-sisa keagamaan monoteistik Nabi Ibrahim dan Isma'il yang telah diubah oleh khurafat dan kebodohan. Cerita yang biasanya dimiliki oleh kaum Yahudi dan orang Arab umumnya merupakan hasil keturunan nenek moyang bersama.


Ajaran Kristen abad ke-7 itu sendiri tenggelam dalatn perubahan dan mitos palsu dan terperangkap dalam stagnasi secara total. Dulunya Bangsa Arab yang mengikuti agama Kristen bukan disebabkan oleh sikap persuasif melainkan akibat kekejaman kekuasaan politik.44 Tak ada kekuatan yang dapat melumpuhkan para penyembah berhala bangsa Arab di mana kemusyrikan mencengkeram begitu kuatnya. Lima abad lamanya upaya Kristenisasi mem­buahkan hasil nihil. Perpindahan terhadap agama Kristen hanya terbatas pada ban! Harith dari Najran, bani Hanifa dari Yamama, dan beberapa bani Tayy di Tayma'.45 Dalam masa lima abad, sejarah tidak mencatat adanya satu insiden apa pun yang menyangkut sikap penyiksaan para misionaris Kristen. Di sini sarigat berbeda dari nasib yang dialami oleh pengikut Muhammad sejak awal pertama di Mekah di mana kristenisasi dipandang sebagai suatu hal yang menyusahkan dan mendapat sikap toleran, sebaliknya Islam dianggap sebagai suatu yang membahayakan terhadap institusi keberhalaan bangsa Arab.


PENGAJARAN AL-QUR'AN

The History of The Qur'anic Text hal 59 - 70


Ayat pertama yang diwahyukan pada Nabi Muhammad adalah,


"Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan."1

Tak ada bukti bahwa Nabi Muhammad pernah belajar seni menulis dan umumnya orang sepakat bahwa ia buta huruf sepanjang hayat. Sepotong ayat di atas memberi isyarat bukan tentang persoalan buta huruf, melainkan penting­nya pendidikan yang sehat bagi masyarakat di masa mendatang. Nabi Muhammad mencurahkan segala upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam pengembangan pendidikan, manfaat serta imbalan para pelajar dan juga sanksi hukum bagi pengekang ilmu pengetahuan. Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda,

"Siapa yang memilih jalan pencarian ilmu pengetahuan, Allah akan membuka baginya jalan menuju surga."2

Sebaliknya beliau memberi peringatan,

"Siapa yang ditanya ilmu yang telah dikuasai lalu ia sembunyikan, orang itu akan dililit api neraka di hari Kiamat."3

Nabi Muhammad minta para ilmuwan dan yang masih belum berbudaya agar kerja sama menasihati mereka yang tidak pernah belajar, dan kaum cendekiawan agar mau mengembangkan ilmunya pada para jiran.4 Penekanan diberikan pada setiap yang memiliki keahlian karya tulis di mana dalam sebuah hadith ditegaskan agar mengambil peran laksana seorang ayah pada anak.5

Nabi adalah pelopor pendidikan gratis di mana saat `Ubada b. as-Samit menerima hadiah dari seorang pelajar (dengan niatan untuk kepentingan Islam), Nabi Muhammad menegurnya,


"Jika mau menerima lilitan api neraka di leher anda, maka ambilah hadiah itu.
"6


Non-Muslim
pun juga diberi tugas mengajar membaca di masa kehidup­an rasul.


Uang tebusan tahanan Perang Badar juga berlainan. Beberapa di antara mereka mendapat tugas mengajar menulis pada anak-anak.
7

1. Hadiah Belajar, Mengajar, dan Membaca Al-Qur'an

Nabi Muhammad tidak pernah menyia-nyiakan upaya dan keinginan masyarakat dalam mempelajari Kalamullah:

  1. 'Uthman bin 'Affan melaporkan bahwa Nabi Muhammad pernah ber­sabda, "Yang terbaik di antara kamu sekalian ada]ah yang mempelajari Al-Qur'an kemudian mengajarkan pada orang lain."8 Kata-kata yang sama juga dilaporkan oleh `Ali bin Abi.Talib.9

  2. Menurut Ibn Mas'ud Nabi Muhammad memberi komentar, "Siapa yang membaca satu huruf Kitab Allah la akan diberi imbalan amal saleh, dan satu amal saleh akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf."10

  3. Di antara pahala seketika bagi yang mempelajari Al-Qur'an adalah peng­hargaan umat Islam agar bertindak sebagai imam shalat, suatu kedudukan penting yang secara khas diberikan di awal permulaan Islam. 'A'isha clan Abu Mas'ud al-Ansari melaporkan sabda Nabi Muhammad, "Seorang yang be]ajar yang memiliki hafalan terbanyak hendaknya menjadi imam sha]at.11 Amir bin Salima al-Jarmi bercerita bahwa orang-orang dari suku bangsanya menemui Nabi Muhammad menyatakan diri hendak masuk Islam. Sebelum berangkat mereka bertanya, "Siapa yang akan mengimami shalat kita?" Beliau menjawab, "Orang yang menghafal Qur'an, atau mempelajarinya lebih banyak."12 Pada detik-detik akhir kehidupan Rasulullah, kedudukan imam shalat diberikan pada Abu Bakr setiap hari. Hal ini merupakan penghormatan agung saat penentuan khalifah umat Islam.

  4. Segi positif lainnya adalah penyebab kemungkinan para Malaikat ber­sama kita. Usaid bin Hudair sedang membaca Al-Qur'an bagian terakhir di satu malam di mana seekor kudanya melompat-lompat ketakutan. Saat ia berhenti, seekor kuda All pun terdiam, dan saat membaca, kuda itu me­lompat-lompat kembali. Kemudian ia berhenti karena khawatir anaknya terinjak. Saat ia berdiri dekat kuda, ia melihat sesuatu seperti tenda meng­gantung di awang-awang penuh lampu-lampu bersinar menjulang ke langit dan kemudian menghilang. Hari berikutnya, la pergi menemui Nabi Muhammad menceritakan kejadian malam itu. la memberitahukan agar terus-menerus membacanya dan Usaid bin Hudair menjawab bahwa ia berhenti karena demi keselamatan anaknya, Yahya. Kemudian Nabi Muhammad berkata, 'Mereka adalah para Malaikat sedang mendengar dan mestinya anda terus membacanya, sebenarnya orang lain bisa melihat di pagi hari karena tidak akan bersembunyi dari mereka."13

  5. Ibn ‘Umar meriwayatkan, "Kecemburuan hanya dibenarkan dalam dua hal: seorang yang telah menerima ilmu Al-Qur an dan membacanya di siang dan malam hari dan orang yang diberi karunia kekayaan Allah serta membantu orang lain di malam dan siang hari."14

  6. ‘Umar bin al-Khattab menjelaskan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Melalui Kitab ini, Allah meninggikan beberapa orang dan merendahkan yang lain diantara kita."15

  7. Yang lebih tua di antara orang buta huruf menghafal Al-Qur'an dengan susah payah di mana pikiran dan jiwanya merasa lemah. Mereka tidak tertolak mendapat keberkahan apa pun jua karena pahala besar dijanjikan bagi mereka yang mendengar Al-Qur'an saat dibacakan. Ibn ‘Abbas pernah berkata bahwa siapa yang mendengar satu ayat Al-Qur'an akan mendapat cahaya di Hari Kiamat.16

  8. Adalah sangat memungkinkan bahwa seseorang yang tidak mampu menghafal dengan balk untuk membaca dari hafalannya bisa jadi terasa sedikit malas dalam mencari naskah tertulis. Untuk itu Nabi Muhammad menjelaskan, "Bacaan seseorang tanpa bantuan mushaf, berhakmendapat pahala sebanyak seribu tingkat sedang bacaan dengan menggunakan mushafakan mendapat pahala dua kali lipat menjadi dua ribu."17

  9. Dalam menjelaskan tentang kebaikan orang-orang yang menghafal ‘Abdullah bin ‘Amr memberitahu bahwa Nabi Muhammad berkata, "Seseorang yang mencurahkan hidupnya untuk Al-Qur'an akan diminta di hari kiamat naik ke atas untuk membaca dengan hati-hati seperti yang ia lakukan selama di dunia di mana ia akan masuk surga lamanya setelah bacaan ayat terakhir.18

  10. Bagi yang bermalas-malasan melihat kepentingan ini, Nabi Muhammad menentangnya dengan sebuah peringatan. Ibn ‘Abbas menceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, "Seorang yang tak berminat terhadap AI-Qur'an laksana rumah yang telah hancur.19 Dan beliau mencela penghafal Al-Qur'an lalu melupakan dianggap dosa besar dan menasihati agar selalu mengulanginya. Abu Musa al-Ash'ari mem­beritahukan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Segarkan pengetahuan anda tentang Al-Qur'an dan saya bersumpah dengan Nama Allah di mana nyawa Muhammad ada di tangan-Nya bahwa hal ini lebih penting untuk menghindari seekor binatang unta yang kakinya diikat."20

  11. Al-Harith bin al-A'war menceritakan apa yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat.

    "Sewaktu melewati masjid, secara tak sengaja saya melihat orang­orang terlibat pembicaraan bisik-bisik. Kemudian saya menemui 'Ali menceritakan hal itu. Beliau bertanya apakah itu benar dan saya memberi konfirmasi. Kemudian ia berkata, 'Saya mendengar penjelasan Nabi Muhammad yang menyebut, Perselisihan pasti akan terjadi.' Saya ber­tanya pada beliau bagaimana cara menghindari hal itu. Beliau menjawab, "Kitab Allah adalah satu-satunya cara karena ia mencakup apa-apa yang terjadi sebelum kamu, berita masa depan setelah ini serta keputusan tentang masalah-masalah yang mungkin terjadi di antara kamu sekalian. la merupakan pemisah dan bukan bahan lelucon. Jika terdapat orang yang memiliki kekuasaan sengaja meninggalkan ajarannya, Allah akan mem­buat perpecahan, dan siapa yang mencari petunjuk dari sumber lain, Allah akan mengantarkan ke jalan kesesatan. Kitab suci Al-Qur'an me­rupakan tall pengikat dari Allah yang tahan uji, peringatan bijak, jalan lurus di mana dengannya keinginan tak mungkin meleset pada kesesatan, lidah tak akan menjadi galau, dan kaum cendekiawan pun tak akan mampu memahami secara sempurna. Al-Qur'an tidak akan pernah usang karena diulang-ulang dan tak akan seorang yang rakus ilmu akan berhenti mengkajinya. la adalah sesuatu yang makhluk jin tidak segan mengeluar­kan kata pujian saat mendengarnya, 'Kami telah mendengar bacaan indah yang memberi petunjuk pada yang benar dan kami percaya terhadapnya,' bagi orang yang membaca akan selalu berkata yang benar dan bagi yang bertindak menurut ajarannya akan menuai keberkahan hidup, seorang penegak hukum menurut ajarannya akan berbuat adil, dan siapa yang mengajak orang lain, ia akan memanggil ke jalan yang lurus."21

Masalah berikutnya kita akan meresapi secara mendalam bagaimana Nabi Muhammad berhasil dalam mencapai tujuan pengajaran Al-Qur'an kepada umat Islam. Ini akan dapat terungkap dengan baik sekiranya kita membagi bahasan ke dalam situasi di zaman Mekah dan Madinah.

2. Zaman Periode Mekah

i. Nabi Muhammad Sebagai Guru Al-Qur'an

Sebagian kitab suci Al-Qur'an diturunkan di Mekah; imam as-Suyuti mendaftar urutan terperinci tentang surah-surah yang diturunkan.22 Al-Qur'an dapat bertindak sebagai alat petunjuk bagi jiwa yang kalut di mana terbukti kehidupan seorang penyembah patung berhala akan selalu merasa tidak puas, pengembangannya yang awalnya melakukan penindasan terhadap masyarakat Muslim menyebabkan mereka mengadakan kontak dengan Nabi Muhammad.

  1. Orang pertama di luar jalur keturunan keluarga Nabi Muhammad yang masuk Islam adalah Abu Bakr. Nabi Muhammad mengajak masuk Islam dengan membaca beberapa ayat Al-Qur'an.23

  2. Kemudian Abu Bakr membawa teman-teman terdekat menemui Nabi Muhammad, seperti `Uthman bin ‘Aff-an, `Abdur-Rahman bin 'Auf, az­Zubair bin al-‘Awwam, Talha, dan Sa'd bin Abi Waqqas. Nabi Muhammad mengenalkan agama baru dengan membacakan ayat-ayat AI­Qur'an dan yang menyebabkan mereka masuk Islam.24

  3. Abu ‘Ubaidah, Abu Salama, `Abdullah bin al-Arqam dan ‘Uthman bin Maz'zun menemui Nabi Muhammad bertanya tentang hal ihwal Islam. Nabi Muhammad menjelaskan dengan membaca Al-Qur'an dan kemudian mereka menerima Islam.25

  4. Ketika ‘Utba bin Rabi'a pergi menemui Nabi Muhammad membawa usulan atas nama orang Quraish, menawarkan rayuan dengan harapan ia dapat meninggalkan misinya, Nabi Muhammad dengan sabar menunggu sebelum ia menjawab dan kemudian berkata, "Sekarang dengarkan ucapan saya," dan kemudian la membaca beberapa ayat sebagai respons terhadap tawaran mereka.26

  5. Beberapa orang Kristen dari Ethiopia mengunjungi Nabi Muhammad ke Mekah menanyakan tentang Islam. Beliau menjelaskan pada mereka dengan membaca Al-Qur'an dan mereka masuk Islam.27

  6. As'ad bin Zurara dan Dhakwan pergi dari Madinah ke Mekah menemui ‘Utba bin Rabi'a tentang persaingan kehormatan ketika mereka mendengar berita Nabi Muhammad. Mereka berkunjung dan mendengar bacaan AI-Qur'an, dan akhirnya masuk Islam.28

  7. Sewaktu musim haji Nabi Muhammad menemui delegasi dari Madinah. Beliau menjelaskan tentang rukun Islam dan membaca beberapa ayat Al-­Qur'an. Semuanya masuk Islam.29

  8. Pada bai'ah ‘aqabah kedua Nabi Muhammad, lagi-lagi, membaca Al-Qur'an 30

  9. Nabi Muhammad membaca untuk Suwaid bin Samit di Mekah.31

  10. ‘Iyas bin Mu'adh menuju Mekah mencari aliansi kekuatan dengan pihak Quraish. Nabi Muhammad mendatangi dan membacakan AI-Qur'an.32

  11. Rafi bin Malik al-Ansari merupakan orang pertama yang membawa Sarah Yusufke Madinah.33

  12. Nabi Muhammad mengajarkan pada tiga orang sahabat tentang Sarah Yunus, Taha, dan Hal-ata secara berurutan.34

  13. Ibn Um Maktum menemui Nabi Muhammad meminta beliau membaca Al-Qur'an.35

ii. Para Sahabat Sebagai Guru

  • Ibn Ma'ud adalah orang pertama dari sahabat yang mengajarkan Al-Qur'an di Mekah.36

  • Khabbab mengajar AI-Qur'an pada Fatima (saudara perempuan 'Umar bin Khattab) dan suaminya, Sa`id bin Zaid.37

  • Mus'ab bin 'Umair dikirim oleh Nabi Muhammad ke Madinah sebagai guru mengaji Al-Qur'an.38

iii. Hasil Kebijaksanaan Pendidikan pada Periode Mekah

Arus kegiatan pendidikan di Mekah berjalan tanpa dapat- dihalangi kendati berhadapan dengan berbagai hambatan dan siksaan yang dikenakan secara paksa dari masyarakat; sikap tegas merupakan bukti yang meyakinkan akan keterikatan dan rujukan mereka terhadap Kitab Allah. Para sahabat selalu menanamkan ayat-ayatnya pada kabilah mereka melewati batas lembah kota Mekah yang dapat memperkuat tumbuhnya keislaman sebelum berhijrah ke Madinah. Berikut adalah beberapa contoh yang mereka lakukan:

  • Saat Nabi Muhamamd sampai ke Madinah, beliau diperkenalkan dengan Zaid bin Thabit, anak lelaki berusia sebelas tahun yang telah menghafal sebanyak enam belas Sarah Al-Qur'an.39

  • Barra menjelaskan bahwa ia sudah mengenal seluruh Sarah al-Mufassal (al-Mufassal terdiri dari Sarah al-Qaf hingga akhir seluruh Al-Qur'an) sebelum Nabi Muhammad sampai ke Madinah.40

Akar utama ajaran Al-Qur'an berkembang ke berbagai masjid di mana melalui dinding temboknya bergema suara AI-Qur'an yang dibacakan sebelum Nabi Muhammad menetap di Madinah. Menurut al-Waqidi, masjid pertama yang diberkahi bacaan Al-Qur'an adalah masjid bani Zuraiq41

3. Periode Madinah
i. Nabi Muhammad Sebagai Maha Guru Al-Qur'an

  • Begitu sampai di Madinah, Nabi Muhammad membuat Suffa di dalam masjid yang berfungsi sebagai tempat belajar pemberantasan buta huruf, dengan menyediakan makanan, dan tempat tinggal.

  • Lebih kurang sembilan ratus sahabat menerima tawaran tersebut.42 Saat Nabi Muhammad mengajarkan Al-Qur'an, yang lainnya seperti ‘Abdulah bin Sa`id bin al-'As, `Ubada bin as-Samit, dan Ubay bin Ka'b mengajar­kan dasar-dasar penting membaca and menulis.43

  • Ibn ‘Umar sekali memberi pujian, "Nabi Muhammad membaca pada kita dan jika beliau membaca ayat sajadah yang menyuruh bersujud, beliau mengucapkan Allahu Akbar lalu sujud.44

  • Banyak di antara para sahabat menjelaskan bahwa Nabi Muhammad membaca surah seperti itu kepada mereka secara pribadi termasuk orang­orang terkemuka, seperti Ubayy bin Ka'b, ‘Abdullah bin Salam, Hisham bin Hakim, 'Umar bin Khattab, dan Ibn Mas'ud.45

  • Beberapa utusan sampai ke Madinah dari luar daerah dan diberikan pada orang setempat untuk memberi perlindungan bukan saja di bidang pangan dan penginapan, melainkan juga dalam hal pendidikan. Nabi Muhammad bertanya pada mereka guna mengetahui tingkat pelajaran mereka.46

  • Setiap diberi wahyu, Nabi Muhammad cepat-cepat membacakan ayat yang baru beliau terima kepada semua sahabat dan kemudian membacakan kepada para wanita dalam pertemuan terpisah.47

  • ‘Uthman bin Abi al-'As selalu ingin belajar Al-Qur'an dengan Nabi Muhammad dan jika tidak menemuinya, beliau mendatangi rumah Abu Bakr.48

ii. Dialek yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Mengajarkan Al-Qur'an di Madinah

Adalah fakta yang cukup kuat bahwa sekalipun manusia berbicara bahasa namun tetap mengalami perbedaan dialek yang mencolok dari satu satu tempat ke tempat lain. Dua orang misalnya, kendati tinggal di New York dari kultur dan sosio-ekonomi yang berlainan akan memiliki aksen yang berbeda. Demikian juga orang-orang yang tinggal di London akan berbeda dengan mereka yang tinggal di Glasgow atau Dublin. Dalam hal bahasa Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan Amerika dan Inggris clan mungkin saja ter­dapat kesamaan dalam ejaan namun berbeda dalam intonasi.

Marilah kita amati situasi negara-negara Arab masa kini dalam peng­gunaan kata-kata qultu ( saya bicara) sebagai satu permasalahan, Orang Mesir mengungkapkan dengan kata ult, diganti dengan u dari kosakata q. Orang Yaman mengatakan dengan ungkapan gultu kendati dalam menulis kata­kata semua orang Arab akan mengatakannya secara identik. Contoh lain: seorang bernama Qasim akan disebut oleh orang Teluk Parsi dengan istilah Jasim; orang yang sama mengganti j dengan y, maka kata-kata rijal (orang lelaki) bisa berubah menjadi raiyyal dalam ungkapan.

Di Mekah mayoritas Muslim memiliki latar belakang budaya yang beragam. Karena Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup seluruh Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran Al-Qur'an pada suku yang berbeda pun dirasa perlu dan mengharuskan mereka meninggalkan dialek asli secara keseluruhan dan meninggalkan dialek Arab Quraish di mana Qur'an diwahyukan, rasanya suatu masalah yang dirasa sulit untuk dilakukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, Nabi Muhammad mengajarkan mereka AI-Qur'an dengan dialek mereka. Dalam satu kesempatan dua orang atau lebih dari suku yang berbeda boleh juga belajar Al-Qur'an dalam dialek mereka, jika dirasa perlu.

iii. Para Sahabat sebagai Pengajar Al-Qur'an

'Abdullah bin Mughaffal al-Muzani mengatakan bahwa saat seorang Arab hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menugaskan seseorang dari kaum Ansar pada individu dengan mengatakan: biarkan la memahami Islam dan mengajarkannya tentang Al-Qur'an. "Hal yang sama terjadi pada diri saya," katanya, "sebagaimana saya dipercaya karena pada salah satu dari orang Ansar yang telah membuatku paham agama dan mengajarku Al-Qur'an."49 Bukti nyata menunjukkan bahwa para sahabat secara aktif ambil bagian dalam kebijaksanaan, seperti pada periode Madinah. Riwayat berikut mewakili, seperti biasa, hanya sebagian dari petikan bukti-bukti yang ada pada kita.

  • ‘Ubada bin as-Samit mengajarkan AI-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad.50

  • Ubbay juga mengajarkan Al-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad di Madinah51, sehingga secara terus-menerus ia mengajar seorang buta di rumahnya.52

  • Abu Sa’id al-Khudri menjelaskan bahwa ia duduk dengan sekelompok imigran dari Mekah sewaktu seorang qari' membaca untuk mereka.53

  • Sahl bin Sa`id al-Ansari berkata, "Nabi Muhammad mendatangi kita sewaktu kami membaca bergantian..."54

  • `Uqba bin `Amir memberi komentar, "Nabi Muhammad hadir pada kami sewaktu kami berada di dalam masjid mengajar satu sama lain tentang Al-Qur' an."55

  • Jabir bin ‘Abdullah berkata, "Nabi Muhammad mengunjungi sewaktu kami membaca Al-Qur'an. Kumpulan kami terdiri dari orang-orang Arab dan juga bukan Arabs.56

  • Anas bin Malik kemonetar, 'Nabi Muhammad datang kepada kita se­waktu kami membaca, diantara kita terdapat orang-orang Arab dan bukan Arab, kulit hitam dan kulit putih.57

  • Bukti tambahan menunjukkan bahwa para sahabat melawat sampai di luar kota Madinah bertindak sebagai instruktur:

  • Mu'adh bin Jabal dikirim ke Yaman.58

  • Dalam perjalanan menuju Bir' Ma'una, sekurang-kurangnya empat puluh kalangan para sahabat yang dikenal sebagai pengajar Al-Qur'an dibunuh.59

  • Abu ‘Ubaid dikirim ke Najran.60

  • Wabra bin Yuhannas mengajar Al-Qur'an in San'a' (Yaman) kepada Um-Sa`id bint Buzrug semasa kehidupan Nabi Muhammad.61

4. Hasil Kegiatan Pendidikan: Huffaz

Samudra kesempatan mempelajari Kitab Suci yang berjalan bersama gelombang manusia yang terlibat dalam penyebarannya, ternyata membuahkan banyak para sahabat yang secara cermat menghafal Al-Qur'an. Banyak diantara mereka yang kemudian dibunuh di Yamama dan Bir Ma'una, dan nama mereka dalam banyak hal, telah lenyap dari buku sejarah. Dari bukti yang ada menunjukkan hanya nama-nama mereka yang masih hidup, yang kemudian meneruskan pengajaran di Madinah dan wilayah yang tertaklukan oleh kekuasaan Islam. Hal ini meliputi antara lain: Ibn Mas'ud,62 Abu Ayyub,63 Abu Bakr as-Siddiq,64 Abu ad-Darda,65 Abu Zaid,66 Abu Musa al-'Ash' ari,67 Abu Huraira,68 Ubayy bin Ka'b,69 Um-Salama,70 Tamim al-Dari,71 Sa'd bin Mundhir,72 Hafsa,73 Zaid bin Thabit,74 Salim dari suku Hudhaifa ,75 Sa'd bin 'Ubada,76 Sa'd bin ‘Ubaid al-Qari,77 Sa'd bin Mundhir,78 Shihab al-Qurashi,79 Talha,80 ‘A'isha,81 ‘Ubada bin Samit,82 ‘Abdullah bin Sa'ib,83 Ibn ‘Abbas,84 ‘Abdullah bin ‘Umar,85 ‘Abdullah bin 'Amr,86 ‘Uthman bin 'Affan,87 'Atta bin Markayud (orang Parsi tinggal di Yaman),88 ‘Uqba bin 'Amir,89 'All bin Abi

Talib,90 ‘Umar bin al-Khattab,91 'Arm- bin al-'As.92 Fudala bin ‘Ubaid,93 Qays bin Abi Sa'sa'a,94 Mujamma’ bin Jariya,95 Maslama bin Makhlad,96 Mu'adh bin Jabal,97 Mu'adh Abu Halima,98 Um-Warqah bin ‘Abdullah bin al-Harith,99 dan 'Abdul Wahid.100

5. Kesimpulan

Sejarah tidak selalu bersahabat dengan Kitab suci. Injil asli Nabi ‘Isa (Jesus), sebagaimana akan kita lihat kemudian, telah lenyap sejak awal clan diganti dengan karya penulis yang tidak memiliki hubungan keilmuan dengan sumber pertama; demikian pula dengan kitab perjanjian lama yang telah mengalami penderitaan begitu kronik karena tidak adanya perhatian. Hal itu sama sekali bertentangan dengan kitab Al-Qur'an yang diberkahi dengan penyebaran yang begitu cepat ke seluruh Jazirah Arab sejak kehidupan Nabi Muhammad, yang disebarkan oleh para sahabat yang secara langsung men­dapat pengajaran dari Nabi Muhammad sendiri. Adanya para huffaz memberi saksi atas kesuksesan dalam hal ini. Ada pertanyaan adakah penyebarannya sama sekali secara verbal? Kita telah jelaskan bahwa kompilasi Al-Qur'an secara tertulis merupakan perhatian utama Nabi Muhammad %% Bagaimana beliau melakukan tugas ini? Hal ini akan terjawab dalam bab berikut.